Saturday, July 5, 2014

Jawaban yang tak terucap

Terkadang..
aku memikirkan seseorang yang aku kagumi sejak lama, namun aku hanya diam.
aku bertanya kepada Tuhan. "Mengapa dia tak sekalipun menolehku, sekalipun dia tahu tentang keberadaanku?"
Yah, keberadaanku sangat kecil dimatanya.
tapi, harapanku kepadanya sangat besar.

Kau tahu?
Terkadang keinginan seseorang untuk ingin tahu tentang dirimu sangat tinggi.
Berusaha untuk selalu ingin tahu,
meski hanya sekedar santapan hati.
dan terus melihat kedepan. Yah, kearahmu.

Aku tahu,
tahu banyak tentang dirimu, aku tahu semua tentang dirimu.
walaupun hanya dari secercik lubang kecil aku mencari tahunya.
tapi, aku bersyukur.. banyak bersyukur.

Mengapa?
karena dari rasa ingin tahuku padamu memberiku jawaban.
kini aku mengerti semua tentangmu.
aku mengerti semua ke-egoanmu, sifatmu bahkan tutur katamu terhadap orang lain. 
aku paham mengapa Tuhan tak menjawab doa ku selama ini.

karena Tuhan ingin aku menoleh kearah yang lain.
bukan hanya untuk satu arah. kearahmu!
dan kini aku mengerti, sebelum cinta itu datang padamu,
kau harus tau dari mana asal cinta itu!

Karena Cinta yang tiba-tiba muncul dalam benakmu dan mengaguminya,
hanyalah perasaan sementara.
Kamu harus menemukan titik Jenuh cinta tersebut,
sebelum kamu menggenggamnya erat.

Sunday, April 6, 2014

Titik. koma, Harapku

Kau tahu, dari sekian banyak makhluk hidup di muka bumi ini hanya dirimulah yang hinggap di ruang kecil tanpa celah ini.
dari sekian banyaknya huruf, dan kata-kata di muka bumi ini, hanya satu yang tertanam di dalam jiwa ini. Yah, Harapan.
Harapan.....
hanya dengan tujuh huruf membentuk sebuah kata yang memiliki makna tersendiri dalam hidup.

Dikalau kesedihan menghampiri layaknya seorang tamu, hanya harapan yang menemani..
meramu kesedihan dengan bumbu pilu, harapan hadir membawa senyuman kehangatan.
senyum kehangatanmu melengkung indah diraut wajah sang pembangkit kehidupan.
kehangatan dalam diri harapan seperti cahaya laksamana seoarang raja.

Tidakkah kau tahu, dikala senja merana meratapi betapa memarnya kesunyian melanda.
kau hadir melambangkan simbol keagungan sinar cahaya yang kau miliki.
pesonamu takkan hilang walau hujan datang membasahi titik-titik kegelapan hidup
karena senyumanmu mempukat palung pikiranku hingga tak ada lagi secoret bayangan yang hadir dalam pikiranku ini.

Sadarlah sang penghantar kehangatan, harapan yang kumaksud itu kau.
kau adalah segalanya, dari segalah gunda. berteduh dari setiap gaduhku.
raut lugu wajahmu menyapu jelaga mataku. berputar-putar mengusir sendiriku.
sebesar inginku, sedalam harapku. mengambang dalam risauan mata beningmu. sekali lagi inginkah kau tetap disampingku menjadi harapan yang pekat hingga aku terlena dalam kepudaran rasaku?



Wednesday, March 19, 2014

Lirih Hati

Gemerlapnya bulan dimalam hari tak segemerlap sinar cahaya hati ini.
Mengapa?
Mengapa kejadian itu terus saja terjadi?
Mengapa waktu kita selalu salah?
Hati ini terus saja bertanya tanpa sesuatu alasan.

Salahkah jika aku mencintai seseorang yang sudah memiliki dambaan hati?
Salahkah jika aku mengagumi sesosok orang yang memang pantas untuk dikagumi?
Jangan salahkan hati ini.
Hati ini tak pernah bersalah.
Bersalah tentang seuntai kata, Cinta.

Dalam kesepian terus saja terukir dirimu.
Dalam sadarku, telah kusunting luka.
Kuterima itu semua walau sakitnya luar biasa.
Pantaskah aku menyimpan perasaan didalam hati yang lemah ini terhadapmu?
Walau kutahu aku sering mengalami semua ini.
Tegar, yang dapat kulakukan.

Tak berani kuungkapkan itu semua di hadapanmu.
Aku tetap akan diam, hanya mulutku.
Tapi pikiranku tak pernah berhenti bicara tentangmu.
Mungkin, aku akan tetap menunggu.
Walau detik terasa berjalan begitu lambatnya.

Tapi, sadarku makin nyata.
Tak berhak lagi aku bertanya.
Biarkan saja lirih yang angkat bicara: "Dimatamu, aku ini siapa?"

Rumah hatiku

Rumah hatiku seperti jalan yang sunyi..
tak satupun yang ingin singgah merenduh dipinggir jalan.
jika ada yang melewatinya pasti takkan ingin singgah sejenak.
begitupun dengan dirimu...
kau selalu saja ada dalam jalan hidupku, tapi hatiku hanya lewat di penghujung jalan hatimu.

Apakah kau menganggapku ada?
atau kehadiran diriku tak terolehkan untukmu?
teka-teki perasaan kini pun kian merona di benakku.
tak sedikit pun ungkapan yang kau utarakan padaku

Uraian dirimu seolah terus saja berada dalam memoriku.
memori yang tersimpan rapat dalam jiwaku.
diantara sikap acuh tak acuhmu.
tidakkah kamu tahu jika aku sedang memperhatikanmu?

Perasaan yang hinggap dalam diri ini hanya sekedar setitik tinta diatas kertas bagimu?
kuingin kau tahu semua persoalan dalam relung hati ini.
sisakan sedikit ruang untukku, aku ingin hadir dalam mimpimu.
sebentar saja! itupun jika kamu mengizinkan.

Tuesday, March 11, 2014

Sang Perindu

Rintihan hujan yang perlahan membasahi renung jalan ini dan menuang semua rintihannya secara bersamaan..
melihat kembali kehadiran sang surya di rembulan malam..
berharap ada cahaya yang datang disaat kegelapan dan kesenduan yang ada, disaat rendangnya kegelapan ini..
Kurindu cahaya yang selalu hinggap didalam diriku, tembus merasuki ke dalam jiwa yang tak berdaya..
kuingat cahaya itu selalu datang didalam diriku, menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan..
melakukan hal yang bisa membuat jiwa ini terombang-ambing..
terombang-ambing direnuaian kebahagiaan sang perindu..
Ku hanya menanti kehadiran cahaya rembulan dan bertanya darimanakah dikau dikala kesunyian melanda?
mungkinkah kau tak ingat keindahan cahayamu yang bisa membuat  hati seseorang yang melihat menjadi lebih berwarna?
atau mungkinkah kau telah pergi jauh dari semua yang telah kau miliki itu?
Ku hanya disini sendiri sebagai sang perindu yang merindukan cahaya yang tak kutahu entah kemana perginya.
menanti kedatanganmu yang telah tertutupi oleh kegelapan yang tak kunjung usai ini~
Cahaya.. Dengarlah rintihan dari qalbu kecil ini...
Teruslah bersinar walau itu bukan untuk sang perindu yang tak berarti...

Friday, January 31, 2014

Jangan Tanya Mengapa?



“kok, bisa? Trus dia mau kemana?” ucap rara dengan wajah penasaran
“aku juga gak tahu ra”jawabku pelan
Hari ini seolah tempat aku duduk di taman kota seolah-olah menjadi sebuah taman yang memiliki bunga yang tak berwarna, keindahan yang ada ditaman itu seketika sirna mendengar pembicaraanku dengan rara sahabat yang sudah lama aku kenal. Ku hembuskan nafasku seolah tak terjadi apa-apa dan ku mencoba untuk tersenyum walau bibir ini tak bisa dipaksa.
Saat itu, kuceritakan kepada rara, kalau dira teman cowok yang cukup dekat dengan ku akan pergi meninggalkanku tanpa alasan  yang tak cukup jelas. Dia ingin pergi untuk melanjutkan study nya di The University of Melbourne yang ada di Parkville, Melbourne di negara bagian Victoria Australia. Aku sangat kaget ketika Dira mengatakan hal tersebut. Seolah-olah dia ingin pergi untuk selamanya dan tak mau lagi menemuiku.
“aku mau lanjut sekolah disana lis, maaf kalo aku tidak menepati janjiku. Tapi ini semua terpaksa demi kebaikan kamu” ucap dira dengan menatap kepadaku.
“tapi dir, kamu sudah bilang ke aku kalo kamu akan sekolah disini dengan saya? Tapi kenapa tiba-tiba seperti ini sih?”tanyaku penasaran.
“ada hal lain yang gak bisa kau tahu lis, ini demi kebaikan kamu kok” jawabnya sambil memegang  pundakku dengan tatapan yang cukup dalam.
Semenjak perkataan dira itu, aku sempat berfikir apa yang salah dengan dirinya? Sepertinya ada alasan yang disembunyikan oleh dira. Tapi dia tak ingin memberitahuku apa alasan tersebut. Seketika aku sempat teringat dengan perkataan dira setahun yang lalu, dia pernah mengatakan bahwa “aku akan tetap tinggal disini jika seseorang yang aku sukai bisa menyukaiku juga. Aku harap itu” ucapnya diselah pembicaraan dulu.
Setelah mengingat pembicaraan itu aku langsung mengambil handphone dan segera mengirim inbox kepada dira
“dir, kamu lagi dimana? Bisa ketemuan gak sekarang di cafe tempat biasa. Ada yang mesti aku omongin. Penting!” tanyaku
“ohh iya tunggu 15 menit baru aku kesana” balasnya
***
Sesampainya di cafe aku sudah duduk dipojok disamping jendela yang menghadap kejalan raya yang dipenuhi dengan suara kendaraan melintas saat itu.
Dirapun datang dan duduk tepat di depanku dengan wajah senyum kecilnya itu. Tanpa basa-basi aku langsung bertanya kepada dira
“dir, aku ingat kata-kata kamu dulu, kamu bilang aku bakalan tinggal disini kalau orang itu menyukai ku, trus kamu malah mau pergi. Emangnya orang itu gak suka sama kamu? Dia siapa dir? Jawab dong, please..” tanyaku penasaran
“ahh bukan siapa-siapa kok. Dia kayaknya gak suka sama aku deh, buktinya aku udah ngasih dia sinyal tapi dia malah gak sok tahu gitu. Tapi sebenarnya dia tahu kok” jawabnya dengan nada pelan.
“masa sih? Trus kamu mau tetap pergi?”tanyaku balik. “iyaaaa...”jawabnya
Setelah pembicaran itu kami tetap melanjutkan beberapa pembicaraan lain, aku tetap mencegahnya untuk pergi tapi hati dira tak bisa lagi, sepertinya hatinya sudah tertutupi  batu yang cukup besar sehingga dia tak mau lagi mendengar alasanku untuk menahannya. Dira mengatakan bahwa dirinya akan tetap pergi besok sore. Aku sungguh merasa sedih tapi disatu sisi aku juga merasa bersalah.
***
Keesokan harinya aku mncoba untuk menghubungi dira. Tapi tidak bisa, sepertinya dira sudah menon-aktifkan handphonenya, aku hanya duduk terdiam dan seketika air mataku jatuh. Hati ini seperti dicabik-cabik. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku. Yah, itu rara. Rara datang menghampiriku, rara mencoba menenangkanku dan mulai mengatakan sesuatu kepadaku
“lis, kemarin dira ngomong ke gue kalau sebenarnya dira suka sama kamu. Dia sudah menunggumu sejak lama, dia juga beberapa kali memberimu sinyal tapi katanya kamu tahu tapi pura-pura gak tahu. Dia sudah capek karena kamu PHP-in dia mulu. Dia selalu memberikan perhatian yang lebih sama kamu tapi kamu anggap itu biasa saja. Kamu juga menganggapnya seolah-olah dira itu gak ada.Dia sudah putus asa, itulah sebabnya mengapa dia ingin pergi ke Australia, dia berharap dia bisa melupakanmu disana atau kalau dia gak bisa meupakanmu dia bakalan tetap nungguin kamu” curhat rara panjang lebar.
“sebenarnya ra, aku tahu kalo dira itu suka sama aku. Aku tahu kok.. itu semua aku lakuin karena ada alasannya. Aku sebenarnya suka juga sama dira. Tapi, aku gak mau kasih tahu dia dulu, rencananya aku mau ngasih tau dira disaat dia ulang tahun, dan itu tinggal seminggu lagi!! Aku mau balas itu semua dengan memberikan surprise party di ultahnya dia. Aku menulis semua kenangan indah saat aku sama dia sampai saat ini, dan aku mau tunjukan rasa cintaku kepadanya lewat itu. Tapi skarang itu semua sudah terlambat! Dia sudah pergi dan susah untuk dihubungin” jawabku sambil menangis
Rarapun memelukku dan meratapi semua ini, aku tak tahu harus berbuat apa hanya kesedihan yang timbul dalam suasana saat itu. Air mata yang jatuh dipipiku ini tak ingin berhenti mengalir, penyesalan yang sakit ini sangat dalam seolah hidup ini sirna dalam kegelapan.
Kini, satu minggu sudah kepergian dira, itu sudah tepat hari ulang tahunnya. Aku megirimkan e-mail kepada dira
“dir, Happy Birthday to you. Aku rindu kamu dir. Penyesalan ini selalu ada dalam benakku. Tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku harap kamu sudah tahu kalo aku sebenarnya juga mencintaimu. Dan seharusnya aku sudah mengatakannya dari dulu tanpa menunggu waktu ini datang. I love you, dir J
Itu e-mail yang aku kirimkan kepada dira, dan berharap dira membaca e-mail tersebut. Aku hanya terus bersabar hingga waktu yang indah itu datang lagi, dimana dira bisa kembali dan bersamaku lagi. Kini aku menydari bahwa
begitu besar cinta seseorang kepada kita mungkin ada batasan tersendirinya. Dan batasan tersendiri itulah yang sulit untuk dikendalikan”.