Friday, January 31, 2014

Jangan Tanya Mengapa?



“kok, bisa? Trus dia mau kemana?” ucap rara dengan wajah penasaran
“aku juga gak tahu ra”jawabku pelan
Hari ini seolah tempat aku duduk di taman kota seolah-olah menjadi sebuah taman yang memiliki bunga yang tak berwarna, keindahan yang ada ditaman itu seketika sirna mendengar pembicaraanku dengan rara sahabat yang sudah lama aku kenal. Ku hembuskan nafasku seolah tak terjadi apa-apa dan ku mencoba untuk tersenyum walau bibir ini tak bisa dipaksa.
Saat itu, kuceritakan kepada rara, kalau dira teman cowok yang cukup dekat dengan ku akan pergi meninggalkanku tanpa alasan  yang tak cukup jelas. Dia ingin pergi untuk melanjutkan study nya di The University of Melbourne yang ada di Parkville, Melbourne di negara bagian Victoria Australia. Aku sangat kaget ketika Dira mengatakan hal tersebut. Seolah-olah dia ingin pergi untuk selamanya dan tak mau lagi menemuiku.
“aku mau lanjut sekolah disana lis, maaf kalo aku tidak menepati janjiku. Tapi ini semua terpaksa demi kebaikan kamu” ucap dira dengan menatap kepadaku.
“tapi dir, kamu sudah bilang ke aku kalo kamu akan sekolah disini dengan saya? Tapi kenapa tiba-tiba seperti ini sih?”tanyaku penasaran.
“ada hal lain yang gak bisa kau tahu lis, ini demi kebaikan kamu kok” jawabnya sambil memegang  pundakku dengan tatapan yang cukup dalam.
Semenjak perkataan dira itu, aku sempat berfikir apa yang salah dengan dirinya? Sepertinya ada alasan yang disembunyikan oleh dira. Tapi dia tak ingin memberitahuku apa alasan tersebut. Seketika aku sempat teringat dengan perkataan dira setahun yang lalu, dia pernah mengatakan bahwa “aku akan tetap tinggal disini jika seseorang yang aku sukai bisa menyukaiku juga. Aku harap itu” ucapnya diselah pembicaraan dulu.
Setelah mengingat pembicaraan itu aku langsung mengambil handphone dan segera mengirim inbox kepada dira
“dir, kamu lagi dimana? Bisa ketemuan gak sekarang di cafe tempat biasa. Ada yang mesti aku omongin. Penting!” tanyaku
“ohh iya tunggu 15 menit baru aku kesana” balasnya
***
Sesampainya di cafe aku sudah duduk dipojok disamping jendela yang menghadap kejalan raya yang dipenuhi dengan suara kendaraan melintas saat itu.
Dirapun datang dan duduk tepat di depanku dengan wajah senyum kecilnya itu. Tanpa basa-basi aku langsung bertanya kepada dira
“dir, aku ingat kata-kata kamu dulu, kamu bilang aku bakalan tinggal disini kalau orang itu menyukai ku, trus kamu malah mau pergi. Emangnya orang itu gak suka sama kamu? Dia siapa dir? Jawab dong, please..” tanyaku penasaran
“ahh bukan siapa-siapa kok. Dia kayaknya gak suka sama aku deh, buktinya aku udah ngasih dia sinyal tapi dia malah gak sok tahu gitu. Tapi sebenarnya dia tahu kok” jawabnya dengan nada pelan.
“masa sih? Trus kamu mau tetap pergi?”tanyaku balik. “iyaaaa...”jawabnya
Setelah pembicaran itu kami tetap melanjutkan beberapa pembicaraan lain, aku tetap mencegahnya untuk pergi tapi hati dira tak bisa lagi, sepertinya hatinya sudah tertutupi  batu yang cukup besar sehingga dia tak mau lagi mendengar alasanku untuk menahannya. Dira mengatakan bahwa dirinya akan tetap pergi besok sore. Aku sungguh merasa sedih tapi disatu sisi aku juga merasa bersalah.
***
Keesokan harinya aku mncoba untuk menghubungi dira. Tapi tidak bisa, sepertinya dira sudah menon-aktifkan handphonenya, aku hanya duduk terdiam dan seketika air mataku jatuh. Hati ini seperti dicabik-cabik. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku. Yah, itu rara. Rara datang menghampiriku, rara mencoba menenangkanku dan mulai mengatakan sesuatu kepadaku
“lis, kemarin dira ngomong ke gue kalau sebenarnya dira suka sama kamu. Dia sudah menunggumu sejak lama, dia juga beberapa kali memberimu sinyal tapi katanya kamu tahu tapi pura-pura gak tahu. Dia sudah capek karena kamu PHP-in dia mulu. Dia selalu memberikan perhatian yang lebih sama kamu tapi kamu anggap itu biasa saja. Kamu juga menganggapnya seolah-olah dira itu gak ada.Dia sudah putus asa, itulah sebabnya mengapa dia ingin pergi ke Australia, dia berharap dia bisa melupakanmu disana atau kalau dia gak bisa meupakanmu dia bakalan tetap nungguin kamu” curhat rara panjang lebar.
“sebenarnya ra, aku tahu kalo dira itu suka sama aku. Aku tahu kok.. itu semua aku lakuin karena ada alasannya. Aku sebenarnya suka juga sama dira. Tapi, aku gak mau kasih tahu dia dulu, rencananya aku mau ngasih tau dira disaat dia ulang tahun, dan itu tinggal seminggu lagi!! Aku mau balas itu semua dengan memberikan surprise party di ultahnya dia. Aku menulis semua kenangan indah saat aku sama dia sampai saat ini, dan aku mau tunjukan rasa cintaku kepadanya lewat itu. Tapi skarang itu semua sudah terlambat! Dia sudah pergi dan susah untuk dihubungin” jawabku sambil menangis
Rarapun memelukku dan meratapi semua ini, aku tak tahu harus berbuat apa hanya kesedihan yang timbul dalam suasana saat itu. Air mata yang jatuh dipipiku ini tak ingin berhenti mengalir, penyesalan yang sakit ini sangat dalam seolah hidup ini sirna dalam kegelapan.
Kini, satu minggu sudah kepergian dira, itu sudah tepat hari ulang tahunnya. Aku megirimkan e-mail kepada dira
“dir, Happy Birthday to you. Aku rindu kamu dir. Penyesalan ini selalu ada dalam benakku. Tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku harap kamu sudah tahu kalo aku sebenarnya juga mencintaimu. Dan seharusnya aku sudah mengatakannya dari dulu tanpa menunggu waktu ini datang. I love you, dir J
Itu e-mail yang aku kirimkan kepada dira, dan berharap dira membaca e-mail tersebut. Aku hanya terus bersabar hingga waktu yang indah itu datang lagi, dimana dira bisa kembali dan bersamaku lagi. Kini aku menydari bahwa
begitu besar cinta seseorang kepada kita mungkin ada batasan tersendirinya. Dan batasan tersendiri itulah yang sulit untuk dikendalikan”.