“kok, bisa? Trus dia mau
kemana?” ucap rara dengan wajah penasaran
“aku juga gak tahu ra”jawabku pelan
Hari ini seolah tempat aku duduk di
taman kota seolah-olah menjadi sebuah taman yang memiliki bunga yang tak
berwarna, keindahan yang ada ditaman itu seketika sirna mendengar pembicaraanku
dengan rara sahabat yang sudah lama aku kenal. Ku hembuskan nafasku seolah tak
terjadi apa-apa dan ku mencoba untuk tersenyum walau bibir ini tak bisa
dipaksa.
Saat itu, kuceritakan kepada rara,
kalau dira teman cowok yang cukup dekat dengan ku akan pergi meninggalkanku
tanpa alasan yang tak cukup jelas. Dia ingin
pergi untuk melanjutkan study nya di The University of Melbourne yang ada di Parkville, Melbourne di negara bagian
Victoria Australia. Aku sangat kaget ketika Dira mengatakan hal tersebut. Seolah-olah
dia ingin pergi untuk selamanya dan tak mau lagi menemuiku.
“aku mau lanjut sekolah disana lis,
maaf kalo aku tidak menepati janjiku. Tapi ini semua terpaksa demi kebaikan
kamu” ucap dira dengan menatap kepadaku.
“tapi dir, kamu sudah bilang ke aku
kalo kamu akan sekolah disini dengan saya? Tapi kenapa tiba-tiba seperti ini
sih?”tanyaku penasaran.
“ada hal lain yang gak bisa kau tahu
lis, ini demi kebaikan kamu kok” jawabnya sambil memegang pundakku dengan tatapan yang cukup dalam.
Semenjak perkataan dira itu, aku
sempat berfikir apa yang salah dengan dirinya? Sepertinya ada alasan yang
disembunyikan oleh dira. Tapi dia tak ingin memberitahuku apa alasan tersebut. Seketika
aku sempat teringat dengan perkataan dira setahun yang lalu, dia pernah
mengatakan bahwa “aku akan tetap tinggal disini jika seseorang yang aku sukai
bisa menyukaiku juga. Aku harap itu” ucapnya diselah pembicaraan dulu.
Setelah mengingat pembicaraan itu aku
langsung mengambil handphone dan segera mengirim inbox kepada
dira
“dir, kamu lagi dimana? Bisa ketemuan
gak sekarang di cafe tempat biasa. Ada yang mesti aku omongin. Penting!”
tanyaku
“ohh iya tunggu 15 menit baru aku
kesana” balasnya
***
Sesampainya di cafe aku sudah duduk
dipojok disamping jendela yang menghadap kejalan raya yang dipenuhi dengan
suara kendaraan melintas saat itu.
Dirapun datang dan duduk tepat di
depanku dengan wajah senyum kecilnya itu. Tanpa basa-basi aku langsung bertanya
kepada dira
“dir, aku ingat kata-kata kamu dulu,
kamu bilang aku bakalan tinggal disini kalau orang itu menyukai ku, trus kamu
malah mau pergi. Emangnya orang itu gak suka sama kamu? Dia siapa dir? Jawab dong,
please..” tanyaku penasaran
“ahh bukan siapa-siapa kok. Dia kayaknya
gak suka sama aku deh, buktinya aku udah ngasih dia sinyal tapi dia malah gak
sok tahu gitu. Tapi sebenarnya dia tahu kok” jawabnya dengan nada pelan.
“masa sih? Trus kamu mau tetap pergi?”tanyaku
balik. “iyaaaa...”jawabnya
Setelah pembicaran itu kami tetap
melanjutkan beberapa pembicaraan lain, aku tetap mencegahnya untuk pergi tapi
hati dira tak bisa lagi, sepertinya hatinya sudah tertutupi batu yang cukup besar sehingga dia tak mau
lagi mendengar alasanku untuk menahannya. Dira mengatakan bahwa dirinya akan
tetap pergi besok sore. Aku sungguh merasa sedih tapi disatu sisi aku juga
merasa bersalah.
***
Keesokan harinya aku mncoba untuk
menghubungi dira. Tapi tidak bisa, sepertinya dira sudah menon-aktifkan handphonenya,
aku hanya duduk terdiam dan seketika air mataku jatuh. Hati ini seperti
dicabik-cabik. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku. Yah, itu rara. Rara datang
menghampiriku, rara mencoba menenangkanku dan mulai mengatakan sesuatu kepadaku
“lis, kemarin dira ngomong ke gue
kalau sebenarnya dira suka sama kamu. Dia sudah menunggumu sejak lama, dia juga
beberapa kali memberimu sinyal tapi katanya kamu tahu tapi pura-pura gak tahu. Dia
sudah capek karena kamu PHP-in dia mulu. Dia selalu memberikan perhatian yang
lebih sama kamu tapi kamu anggap itu biasa saja. Kamu juga menganggapnya
seolah-olah dira itu gak ada.Dia sudah putus asa, itulah sebabnya mengapa dia
ingin pergi ke Australia, dia berharap dia bisa melupakanmu disana atau kalau
dia gak bisa meupakanmu dia bakalan tetap nungguin kamu” curhat rara panjang
lebar.
“sebenarnya ra, aku tahu kalo dira
itu suka sama aku. Aku tahu kok.. itu semua aku lakuin karena ada alasannya. Aku
sebenarnya suka juga sama dira. Tapi, aku gak mau kasih tahu dia dulu,
rencananya aku mau ngasih tau dira disaat dia ulang tahun, dan itu tinggal
seminggu lagi!! Aku mau balas itu semua dengan memberikan surprise party di
ultahnya dia. Aku menulis semua kenangan indah saat aku sama dia sampai
saat ini, dan aku mau tunjukan rasa cintaku kepadanya lewat itu. Tapi skarang
itu semua sudah terlambat! Dia sudah pergi dan susah untuk dihubungin” jawabku
sambil menangis
Rarapun memelukku dan meratapi semua
ini, aku tak tahu harus berbuat apa hanya kesedihan yang timbul dalam suasana
saat itu. Air mata yang jatuh dipipiku ini tak ingin berhenti mengalir,
penyesalan yang sakit ini sangat dalam seolah hidup ini sirna dalam kegelapan.
Kini, satu minggu sudah kepergian
dira, itu sudah tepat hari ulang tahunnya. Aku megirimkan e-mail kepada dira
“dir, Happy Birthday to you. Aku rindu
kamu dir. Penyesalan ini selalu ada dalam benakku. Tak tahu apa yang harus aku
lakukan. Aku harap kamu sudah tahu kalo aku sebenarnya juga mencintaimu. Dan seharusnya
aku sudah mengatakannya dari dulu tanpa menunggu waktu ini datang. I love you,
dir J”
Itu e-mail yang aku kirimkan kepada
dira, dan berharap dira membaca e-mail tersebut. Aku hanya terus bersabar
hingga waktu yang indah itu datang lagi, dimana dira bisa kembali dan bersamaku
lagi. Kini aku menydari bahwa
“begitu besar cinta seseorang
kepada kita mungkin ada batasan tersendirinya. Dan batasan tersendiri itulah
yang sulit untuk dikendalikan”.